messner1_Aleksander KalkaNurPhoto via Getty Images_climatechangeprotestsign Aleksander Kalka/NurPhoto via Getty Images

Dunia Tidak Boleh Lupa tentang Perubahan Iklim

DESSAU-ROßLAU – Jika pandemi virus corona telah mengajarkan kita sesuatu, maka hal tersebut adalah perekonomian dan masyarakat kita yang saling terhubung dan terglobalisasi sangatlah rentan terhadap guncangan yang tiba-tiba.

Wabah COVID-19, dan skala dampaknya yang sangat mengerikan, adalah sebuah kejadian yang tidak terduga dan guncangan yang tiba-tiba terjadi (“black swan”). Saat ini, yang penting adalah untuk mempercepat paket dan kebijakan yang membantu perlawanan terhadap krisis kesehatan, melindungi kelompok rentan, dan membuka jalan untuk menjalankan kembali perekonomian ketika pandemi sudah melewati titik puncaknya. Saat itu juga akan menjadi momen bagi pemerintah, para ilmuwan, dan masyarakat untuk berhenti sejenak, memahami pembelajaran yang ada, dan memperkenalkan rencana untuk menjadikan masyarakat lebih punya ketahanan dan mampu untuk menghadapi pandemi yang mungkin terjadi di masa depan.

Tapi kita berisiko mengabaikan tantangan yang jauh lebih besar bagi peradaban, misalnya perubahan iklim. Dan permasalahan tersebut bukan “black swan,” mengingat sudah banyak peringatan ilmiah – yang semakin lama semakin banyak jumlahnya – selama bertahun-tahun.

Seperti dalam keadaan darurat apa pun, waktu adalah hal yang penting. Tanpa intervensi dalam waktu dekat, perubahan iklim dapat membahayakan kehidupan dan penghidupan miliaran orang, menempatkan banyak komunitas dalam bahaya besar, mengancam keberadaan kota-kota di tepi pantai dan negara kepulauan kecil, serta memicu kerusakan yang berdampak pada banyak generasi mendatang. Pemanasan global, dan perubahan lingkungan hidup secara umum, juga meningkatkan risiko penyakit-penyakit lama untuk kembali muncul dan penyakit-penyakit yang ada saat ini seperti malaria untuk menyebar secara geografis. Ancaman kesehatan baru juga bisa muncul – misalnya saja wabah virus Nipah di Malaysia pada akhir tahun 1990an. 

Untungnya, kita sudah tahu apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi perubahan iklim dan menciptakan dunia yang lebih baik dan lestari. Jika kita bertindak berdasarkan pengetahuan tersebut, maka masyarakat kita akan sama produktifnya dalam bidang ekonomi seperti saat ini, tapi dengan pekerjaan baru yang lebih ramah lingkungan, udara yang lebih bersih, laut yang lebih sehat, masyarakat dengan tingkat polusi yang lebih rendah, dan mungkin dengan keadilan sosial yang lebih baik.

Mengatasi perubahan iklim (dan ancaman global dan nasional lainnya) membutuhkan pendekatan yang menolak narasi sempit dan memecah-belah seperti narasi “Saya, kepentingan Saya, dan negara Saya yang utama” demi kepentingan “kita” yang lebih besar yang disatukan dengan kepentingan dan tujuan bersama: untuk bertahan hidup. Lebih konkretnya, para ilmuwan berargumentasi bahwa kita harus membatasi pemanasan global hingga 1.5°C untuk menghindari cuaca ekstrem yang lebih sering dan membahayakan, dan untuk melindungi sistem alami seperti terumbu karang dan hutan tropis seperti Amazon.

Subscribe to PS Digital
PS_Digital_1333x1000_Intro-Offer1

Subscribe to PS Digital

Access every new PS commentary, our entire On Point suite of subscriber-exclusive content – including Longer Reads, Insider Interviews, Big Picture/Big Question, and Say More – and the full PS archive.

Subscribe Now

Berkat perjanjian iklim Paris pada tahun 2015, dunia sudah punya peta jalan untuk mencapai masa depan yang rendah karbon. Hampir setiap negara punya rencana nasional dan negara-negara kaya harus membantu memberikan dukungan kepada negara-negara miskin, dan pemerintah meningkatkan upaya-upaya iklim mereka dari waktu ke waktu. Tujuan ambisiusnya adalah untuk mencapai dunia dengan emisi net-zero pada tahun 2050 sehingga kita bisa dengan bangga berkata “Kita berhasil mencapai tujuan tersebut.”

Pandemi COVID-19 menggarisbawahi kenyataan bahwa kita harus menghadapi ini dengan bersama-sama: tidak ada negara di dunia yang kebal terhadap ancaman besar berskala global. Dan solidaritas yang sama antara negara-negara dan masyarakat diperlukan untuk mengatasi risiko yang lebih besar dari perubahan iklim.  

Ada alasan untuk menjadi optimis. Kapasitas energi ramah lingkungan seperti tenaga angin dan surya meningkat dua kali lipat setiap 5.5 tahun, atau bahkan lebih cepat lagi, dan elektrifikasi sarana transportasi juga sedang berlangsung.

Sementara itu, ribuan kota yang tergabung dalam aliansi seperti ICLEI – Local Governments for Sustainability (Pemerintah-Pemerintah Daerah untuk Kelestarian Alam) dan C40 Cities (Kota-Kota C40) telah mengadopsi target pengurangan emisi yang ambisius. Lebih dari 800 perusahaan global telah menetapkan tujuan serupa sejalan dengan konsensus sains iklim, dan lebih dari $30 triliun investasi telah dijanjikan untuk mendukung perekonomian rendah karbon.  

Tapi kita masih ketinggalan dibandingkan tren yang ada di berbagai sektor. Misalnya, Global Alliance for Buildings and Construction (Aliansi Global untuk Bangunan dan Konstruksi) memperkirakan bahwa cara kita membangun dan mengoperasikan rumah dan kantor berkontribusi sebesar hampir 40% dari seluruh emisi karbon dioksida global.

Sementara para ilmuwan bisa mengembangkan vaksin untuk penyakit dengan cepat, kita tidak akan menyembuhkan permasalahan perubahan iklim jika kita tidak mengatasinya secara menyeluruh. Beberapa tahun ke depan akan menjadi masa yang sangat penting, dimulai dengan konferensi iklim COP26 yang akan diselenggarakan di Inggris pada bulan November – lima tahun setelah KTT Paris yang bersejarah. Penting bagi sebagian besar pemerintahan, yang di dukung oleh banyak pihak berwenang, dunia usaha, dan LSM tingkat lokal untuk meningkatkan ambisi sehubungan dengan perubahan iklim pada pertemuan tahun ini.

Sementara itu, kita sebagai warga negara harus mendesak pemerintah kita untuk melakukan hal yang benar dengan mengatasi pemanasan global dengan cepat dan dalam skala besar. Dan setelah masa terburuk pandemi COVID-19 selesai, kita harus aktif di tempat kerja, komunitas dan rumah untuk mendukung realisasi masa depan yang lebih sehat dan iklim yang lebih aman. Dengan demikian, kita jadi punya alasan untuk juga mengingat tahun 2020 sebagai tahun yang baik.               

https://prosyn.org/AH0fixvid