WASHINGTON, DC – Pengamat sistem politik Amerika yang objektif pasti bertanya kenapa, ketika Amerika Serikat (AS) dihadapkan pada angka kematian akibat COVID-19 yang tertinggi di dunia dan ekonomi yang porak-poranda, Pemimpin Mayoritas Senat AS Mitch McConnel tidak melakukan apa pun kecuali menyetujui calon hakim yang ditunjuk oleh Presiden Donald Trump yang akan lengser. Ini adalah suatu perilaku yang aneh.
Penjelasannya berada pada kelompok kepentingan khusus yang sebagian besar beroperasi tanpa sepengetahuan publik – sebuah entitas politik yang sudah lama mengintai sistem peradilan Amerika dan bertekad untuk mengambil sebanyak mungkin kendali ketika mereka punya peluang.
Sejujurnya, bukan hanya McConnel yang bertindak aneh. Pada musim gugur tahun 2016, anggota Partai Republik menciptakan sebuah “prinsip” yang menguntungkan mereka sendiri yaitu Senat sebaiknya tidak mengkonfirmasi calon hakim Mahkamah Agung pada tahun pemilu, dan menghalangi calon hakim Mahkamah Agung Presiden Barack Obama, Merrick Garland yang sangat dihormati. Senator Lindsey Graham bersikap tegas mengenai preseden ini: “Jika ada lowongan hakim agung pada tahun terakhir masa jabatan Presiden Trump, dan proses pemilu pendahuluan (primary) sudah dimulai, kami akan menunggu hingga pemilu berikutnya untuk mengisi kekosongan jabatan tersebut.”
To continue reading, register now.
Subscribe now for unlimited access to everything PS has to offer.
At the end of European Communism, there was a widespread, euphoric hope that freedom and democracy would bring a better life; eventually, though, many lost that hope. The problem, under both Communism and the new liberal dispensation, was that those pursuing grand social projects had embraced ideology instead of philosophy.
considers what an Albanian Marxist philosopher can tell us about liberty in today's world.
For the US, Slovakia's general election may produce another unreliable allied government. But instead of turning a blind eye to such allies, as President Joe Biden has been doing with Poland, or confronting them with an uncompromising stance, the US should spearhead efforts to help mend flawed democracies.
reflect on the outcome of Slovakia's general election in the run-up to Poland's decisive vote.
WASHINGTON, DC – Pengamat sistem politik Amerika yang objektif pasti bertanya kenapa, ketika Amerika Serikat (AS) dihadapkan pada angka kematian akibat COVID-19 yang tertinggi di dunia dan ekonomi yang porak-poranda, Pemimpin Mayoritas Senat AS Mitch McConnel tidak melakukan apa pun kecuali menyetujui calon hakim yang ditunjuk oleh Presiden Donald Trump yang akan lengser. Ini adalah suatu perilaku yang aneh.
Penjelasannya berada pada kelompok kepentingan khusus yang sebagian besar beroperasi tanpa sepengetahuan publik – sebuah entitas politik yang sudah lama mengintai sistem peradilan Amerika dan bertekad untuk mengambil sebanyak mungkin kendali ketika mereka punya peluang.
Sejujurnya, bukan hanya McConnel yang bertindak aneh. Pada musim gugur tahun 2016, anggota Partai Republik menciptakan sebuah “prinsip” yang menguntungkan mereka sendiri yaitu Senat sebaiknya tidak mengkonfirmasi calon hakim Mahkamah Agung pada tahun pemilu, dan menghalangi calon hakim Mahkamah Agung Presiden Barack Obama, Merrick Garland yang sangat dihormati. Senator Lindsey Graham bersikap tegas mengenai preseden ini: “Jika ada lowongan hakim agung pada tahun terakhir masa jabatan Presiden Trump, dan proses pemilu pendahuluan (primary) sudah dimulai, kami akan menunggu hingga pemilu berikutnya untuk mengisi kekosongan jabatan tersebut.”
To continue reading, register now.
Subscribe now for unlimited access to everything PS has to offer.
Subscribe
As a registered user, you can enjoy more PS content every month – for free.
Register
Already have an account? Log in