CAMBRIDGE – Kaum populis tidak menyukai peraturan yang dibuat untuk para politisi lembaga eksekutif. Kaum populis menganggap diri mereka mewakili mayoritas masyarakat, sehingga peraturan yang diberlakukan kepada mereka adalah suatu bentuk pengekangan kehendak publik. Pengekangan ini hanya akan menguntungkan para “musuh masyarakat” – misalnya kaum minoritas dan asing (dalam sudut pandang kaum populis sayap kanan) atau kaum elit keuangan (dalam sudut pandang kaum populis sayap kiri).
Ini adalah sebuah pendekatan politik yang berbahaya karena memungkinkan kelompok mayoritas untuk menindas hak-hak kelompok minoritas. Tanpa adanya pembagian kekuasaan, sistem peradilan yang independen, atau kebebasan pers – yaitu semua hal yang dibenci oleh pemimpin autokrat populis mulai dari Vladimir Putin, Recep Tayyip Erdoğan, Viktor Orbán, hingga Donald Trump – demokrasi beralih menjadi tirani pihak yang sedang berkuasa.
Pemilu berkala hanya merupakan kedok pemerintahan populis. Tidak adanya penegakan hukum dan kebebasan sipil, rezim populis dapat melanggengkan kekuasaan mereka dengan memanipulasi media dan sistem peradilan sesuka hati.
To continue reading, register now.
Subscribe now for unlimited access to everything PS has to offer.
Following the latest G20 summit, the G7 should be thinking seriously about deepening its own ties with more non-aligned countries. If the Ukraine war drags on, and if China continues to threaten to take Taiwan by force, the G20 will be split between friends of the BRICS and friends of the G7.
sees the grouping as increasingly divided between friends of the G7 and friends of China and Russia.
To prevent catastrophic climate change and accelerate the global transition to a net-zero economy, policymakers and asset owners urgently need to rethink how we channel capital at scale. The key is to develop new financial instruments that are profitable, liquid, and easily accessible to savers and investors globally.
explain what it will take to channel private capital and savings toward sustainable development.
CAMBRIDGE – Kaum populis tidak menyukai peraturan yang dibuat untuk para politisi lembaga eksekutif. Kaum populis menganggap diri mereka mewakili mayoritas masyarakat, sehingga peraturan yang diberlakukan kepada mereka adalah suatu bentuk pengekangan kehendak publik. Pengekangan ini hanya akan menguntungkan para “musuh masyarakat” – misalnya kaum minoritas dan asing (dalam sudut pandang kaum populis sayap kanan) atau kaum elit keuangan (dalam sudut pandang kaum populis sayap kiri).
Ini adalah sebuah pendekatan politik yang berbahaya karena memungkinkan kelompok mayoritas untuk menindas hak-hak kelompok minoritas. Tanpa adanya pembagian kekuasaan, sistem peradilan yang independen, atau kebebasan pers – yaitu semua hal yang dibenci oleh pemimpin autokrat populis mulai dari Vladimir Putin, Recep Tayyip Erdoğan, Viktor Orbán, hingga Donald Trump – demokrasi beralih menjadi tirani pihak yang sedang berkuasa.
Pemilu berkala hanya merupakan kedok pemerintahan populis. Tidak adanya penegakan hukum dan kebebasan sipil, rezim populis dapat melanggengkan kekuasaan mereka dengan memanipulasi media dan sistem peradilan sesuka hati.
To continue reading, register now.
Subscribe now for unlimited access to everything PS has to offer.
Subscribe
As a registered user, you can enjoy more PS content every month – for free.
Register
Already have an account? Log in