lee44_Chung Sung-JunGetty Images_southkoreacoronavirustest Chung Sung-Jun/Getty Images

Membangun Perekonomian Korea Selatan Pasca-Pandemi

SEOUL – Korea Selatan sepertinya sedang memenangkan perlawanan terhadap COVID-19. Negara tersebut telah mencatatkan sedikit kasus baru setiap harinya selama berminggu-minggu, dan meskipun kini mereka bersiap menghadapi peningkatan jumlah kasus setelah relaksasi panduan penjarakan sosial, tapi tampaknya Korea Selatan masih tetap bisa membendung wabah penyakit ini. Pertanyaan yang lebih besar adalah apakah Korea Selatan akan bisa membendung dampak COVID-19 terhadap perekonomian.              

Korea Selatan hanya memerlukan waktu dua bulan untuk membendung gelombang pertama COVID-19. Meskipun letak negara tersebut berdekatan dengan Tiongkok yang merupakan episentrum pertama wabah ini, Korea Selatan berhasil menekan tingkat penularan dan kematian jauh lebih rendah dibandingkan AS dan negara-negara Eropa yang paling terkena dampaknya. Kenyataannya, angka kematian Korea Selatan – 267 orang per tanggal 24 Mei – setara dengan lima orang per satu juta penduduk, dibandingkan dengan 300 di AS, 544 di Italia, 555 di Inggris, dan 600 di Spanyol.  

Setelah mengalami wabah sindrom pernapasan akut berat (SARS) pada tahun 2003 dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) pada tahun 2015, para pemimpin Korea Selatan paham bahwa membendung COVID-19 memerlukan tindakan yang cepat dan agresif. Jadi, tiga minggu setelah dikeluarkannya pengurutan genom, para pemimpin di Korea Selatan menyetujui jalur cepat perizinan alat tes. Mereka kemudian meluncurkan kampanye tes massal dan program penelusuran kontak yang intensif, yang menggunakan data GPS telepon seluler, informasi pembayaran kartu kredit, dan rekaman CCTV untuk mengidentifikasi dan menginformasikan orang-orang yang mungkin telah terpapar virus tersebut.    

https://prosyn.org/LBi2aCBid