NEW YORK – Bulan depan, negara-negara peserta Protokol Montreal tentang Zat-zat yang Merusak Lapisan Ozon akan bertemu di Kigali, Rwanda, untuk mendiskusikan amendemen atas perjanjian yang bertujuan mengurangi dan menghapuskan penggunaan hidrofluorokarbon (HFC). HFC, salah satu dari enam kelompok gas rumah kaca “super”, umumnya dipakai pada pendingin ruangan dan lemari es atau mesin pendingin lainnya di seluruh dunia.
Amandemen tersebut akan menjadi anugerah bagi pembangunan berkelanjutan dan bisa menghambat pelepasan emisi penyebab perubahan iklim sebanyak 100-200 miliar ton pada akhir tahun 2050. Ini cukup memenuhi seperempat jalan dalam pencapaian target batas pemanasan suhu global 2º Celsius, sesuai kesepakatan yang diraih di Paris tahun 2015 lalu.
Protokol Montreal dirumuskan untuk memperbaiki lapisan ozon, sebagai pelindung kehidupan di dunia dari bahaya sinar ultraviolet yang mematikan. Sejauh ini, Protokol Montreal dinilai ampuh, terbukti dengan 100 bahan perusak ozon tidak lagi digunakan selama tiga dekade terakhir. Lapisan ozon sedang dalam penyembuhan dan berdasarkan perkiraan terkini, akan pulih pada tahun 2065, juga menghemat triliunan dolar biaya-biaya pelayanan kesehatan dan pertanian secara global.
Perbaikan tersebut dimungkinkan berkat HFC, penggunaan senyawa pengganti klorofluorokarbon (CFC) lain yang lebih ramah ozon, yang mana CFC adalah salah satu bahan dilarang pakai. Namun, beberapa jenis HFC adalah gas rumah kaca yang 4.000 lebih kuat dibandingkan karbon dioksida, lagi-lagi sumber malapetaka bagi perubahan iklim, apalagi penggunaannya setiap tahun meningkat 10%.
Dengan demikian, fokus pada HFC dalam aksi melawan perubahan iklim sangat masuk akal. Pertama, pembatasan HCF akan menghasilkan manfaat ekonomi, berkat peningkatan signifikan dalam efisiensi energi yang diwujudkan melalui sistem pendingin udara baru. Pemakaian sistem pendingin ruangan (AC) lebih efisien akan setara dengan memensiunkan 2.500 pembangkit tenaga listrik ukuran menengah yang memikul beban puncak (peak power plants adalah pembangkit tenaga listrik yang dioperasikan untuk memenuhi kebutuhan tertinggi, seperti di musim panas).
Di Cina, peralihan menuju refrigeran ramah iklim dan peningkatan efisiensi energi pada AC dan sistem pendingin bisa mengurangi emisi yang setara dengan delapan bendungan hidroelektrik Three Gorges. Di India, transisi tersebut akan sebanding dengan tambahan dua proyek National Solar Mission yang diupayakan pemerintah India, yaitu menggiatkan penetrasi tenaga surya dan pembangunan sejumlah ladang surya baru dan panel surya di atap.
At a time when democracy is under threat, there is an urgent need for incisive, informed analysis of the issues and questions driving the news – just what PS has always provided. Subscribe now and save $50 on a new subscription.
Subscribe Now
Banyak negara – termasuk Uni Eropa dan Amerika Serikat, serta Belize, Burkina Faso, Kolombia, Mesir, Serbia, dan Yaman – mengakui manfaat besar dan menerapkan langkah sepihak untuk menghapuskan HFC. Kesepakatan tentang HFC di Kigali nanti akan memberi momentum pada upaya-upaya tersebut dan menyediakan dukungan dana bagi negara-negara berkembang yang ingin beralih ke teknologi terbaru namun belum sanggup membiayainya.
Di kalangan sektor swasta, sejumlah retail raksasa seperti Walmart, Nestle, dan Tesco sudah menjadi bagian dari Consumer Goods Forum dan sepakat untuk mengurangi lalu menghapuskan produk-produk yang mengandung HFC. Selain itu, PBB dan Greenpeace, melalui prakarsa disebut “Refrigerants, Naturally!” bekerja sama dengan Coca-Cola, Pepsico, Redbull, dan Unilever untuk menjalankan aksi serupa.
Pertemuan di Kigali dirancang untuk menyanggupi amendemen yang solid atas HFC. Akan tetapi, beberapa negara terutama yang paling panas di dunia sangat khawatir kalau senyawa pengganti yang ramah iklim ini tidak akan berfungsi sebegitu efektifnya pada AC yang penting bagi mereka. Perjanjian tersebut bisa memberi justifikasi pada negara manapun yang merasa cemas melalui pembebasan sementara, sementara yang lainnya meneruskan penggunaan sistem baru untuk menunjukkan efektivitasnya.
Pemanasan bumi sudah mengakibatkan kesengsaraan pada kelompok penduduk paling rentan di dunia dan sayangnya tidak akan berhenti di situ saja. Pada akhirnya, semua negara harus mencari jalan ke depan untuk mengurangi HFC dan perubahan iklim, melalui rencana aksi nasional dan target penurunan emisi berdasarkan perjanjian Paris 2015. Kerangka kerja yang dibentuk melalui kesepakatan serupa seperti Protokol Montreal bisa memudahkannya.
Topik mengenai HFC juga akan menjadi isu pokok dalam konferensi perubahan iklim PBB berikutnya, COP22, yang berlangsung di Marrakesh, Morocco, pada bulan November. Kami yakin bahwa negara-negara yang bertemu di Kigali paham atas pentingnya amandemen ketentuan-ketentuan yang mengatur HFC, sebab bisa memberi momentum pada agenda lain, seperti dorongan untuk isu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) di Marrakesh.
Jika kita ingin berhasil mengurangi emisi global dengan cepat untuk mencegah eskalasi perubahan iklim semakin memburuk, langkah pertama yang paling masuk akal adalah mengurangi penggunaan HFC.
To have unlimited access to our content including in-depth commentaries, book reviews, exclusive interviews, PS OnPoint and PS The Big Picture, please subscribe
In 2024, global geopolitics and national politics have undergone considerable upheaval, and the world economy has both significant weaknesses, including Europe and China, and notable bright spots, especially the US. In the coming year, the range of possible outcomes will broaden further.
offers his predictions for the new year while acknowledging that the range of possible outcomes is widening.
NEW YORK – Bulan depan, negara-negara peserta Protokol Montreal tentang Zat-zat yang Merusak Lapisan Ozon akan bertemu di Kigali, Rwanda, untuk mendiskusikan amendemen atas perjanjian yang bertujuan mengurangi dan menghapuskan penggunaan hidrofluorokarbon (HFC). HFC, salah satu dari enam kelompok gas rumah kaca “super”, umumnya dipakai pada pendingin ruangan dan lemari es atau mesin pendingin lainnya di seluruh dunia.
Amandemen tersebut akan menjadi anugerah bagi pembangunan berkelanjutan dan bisa menghambat pelepasan emisi penyebab perubahan iklim sebanyak 100-200 miliar ton pada akhir tahun 2050. Ini cukup memenuhi seperempat jalan dalam pencapaian target batas pemanasan suhu global 2º Celsius, sesuai kesepakatan yang diraih di Paris tahun 2015 lalu.
Protokol Montreal dirumuskan untuk memperbaiki lapisan ozon, sebagai pelindung kehidupan di dunia dari bahaya sinar ultraviolet yang mematikan. Sejauh ini, Protokol Montreal dinilai ampuh, terbukti dengan 100 bahan perusak ozon tidak lagi digunakan selama tiga dekade terakhir. Lapisan ozon sedang dalam penyembuhan dan berdasarkan perkiraan terkini, akan pulih pada tahun 2065, juga menghemat triliunan dolar biaya-biaya pelayanan kesehatan dan pertanian secara global.
Perbaikan tersebut dimungkinkan berkat HFC, penggunaan senyawa pengganti klorofluorokarbon (CFC) lain yang lebih ramah ozon, yang mana CFC adalah salah satu bahan dilarang pakai. Namun, beberapa jenis HFC adalah gas rumah kaca yang 4.000 lebih kuat dibandingkan karbon dioksida, lagi-lagi sumber malapetaka bagi perubahan iklim, apalagi penggunaannya setiap tahun meningkat 10%.
Dengan demikian, fokus pada HFC dalam aksi melawan perubahan iklim sangat masuk akal. Pertama, pembatasan HCF akan menghasilkan manfaat ekonomi, berkat peningkatan signifikan dalam efisiensi energi yang diwujudkan melalui sistem pendingin udara baru. Pemakaian sistem pendingin ruangan (AC) lebih efisien akan setara dengan memensiunkan 2.500 pembangkit tenaga listrik ukuran menengah yang memikul beban puncak (peak power plants adalah pembangkit tenaga listrik yang dioperasikan untuk memenuhi kebutuhan tertinggi, seperti di musim panas).
Di Cina, peralihan menuju refrigeran ramah iklim dan peningkatan efisiensi energi pada AC dan sistem pendingin bisa mengurangi emisi yang setara dengan delapan bendungan hidroelektrik Three Gorges. Di India, transisi tersebut akan sebanding dengan tambahan dua proyek National Solar Mission yang diupayakan pemerintah India, yaitu menggiatkan penetrasi tenaga surya dan pembangunan sejumlah ladang surya baru dan panel surya di atap.
HOLIDAY SALE: PS for less than $0.7 per week
At a time when democracy is under threat, there is an urgent need for incisive, informed analysis of the issues and questions driving the news – just what PS has always provided. Subscribe now and save $50 on a new subscription.
Subscribe Now
Banyak negara – termasuk Uni Eropa dan Amerika Serikat, serta Belize, Burkina Faso, Kolombia, Mesir, Serbia, dan Yaman – mengakui manfaat besar dan menerapkan langkah sepihak untuk menghapuskan HFC. Kesepakatan tentang HFC di Kigali nanti akan memberi momentum pada upaya-upaya tersebut dan menyediakan dukungan dana bagi negara-negara berkembang yang ingin beralih ke teknologi terbaru namun belum sanggup membiayainya.
Di kalangan sektor swasta, sejumlah retail raksasa seperti Walmart, Nestle, dan Tesco sudah menjadi bagian dari Consumer Goods Forum dan sepakat untuk mengurangi lalu menghapuskan produk-produk yang mengandung HFC. Selain itu, PBB dan Greenpeace, melalui prakarsa disebut “Refrigerants, Naturally!” bekerja sama dengan Coca-Cola, Pepsico, Redbull, dan Unilever untuk menjalankan aksi serupa.
Pertemuan di Kigali dirancang untuk menyanggupi amendemen yang solid atas HFC. Akan tetapi, beberapa negara terutama yang paling panas di dunia sangat khawatir kalau senyawa pengganti yang ramah iklim ini tidak akan berfungsi sebegitu efektifnya pada AC yang penting bagi mereka. Perjanjian tersebut bisa memberi justifikasi pada negara manapun yang merasa cemas melalui pembebasan sementara, sementara yang lainnya meneruskan penggunaan sistem baru untuk menunjukkan efektivitasnya.
Pemanasan bumi sudah mengakibatkan kesengsaraan pada kelompok penduduk paling rentan di dunia dan sayangnya tidak akan berhenti di situ saja. Pada akhirnya, semua negara harus mencari jalan ke depan untuk mengurangi HFC dan perubahan iklim, melalui rencana aksi nasional dan target penurunan emisi berdasarkan perjanjian Paris 2015. Kerangka kerja yang dibentuk melalui kesepakatan serupa seperti Protokol Montreal bisa memudahkannya.
Topik mengenai HFC juga akan menjadi isu pokok dalam konferensi perubahan iklim PBB berikutnya, COP22, yang berlangsung di Marrakesh, Morocco, pada bulan November. Kami yakin bahwa negara-negara yang bertemu di Kigali paham atas pentingnya amandemen ketentuan-ketentuan yang mengatur HFC, sebab bisa memberi momentum pada agenda lain, seperti dorongan untuk isu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) di Marrakesh.
Jika kita ingin berhasil mengurangi emisi global dengan cepat untuk mencegah eskalasi perubahan iklim semakin memburuk, langkah pertama yang paling masuk akal adalah mengurangi penggunaan HFC.