

Though the US Federal Reserve’s first interest-rate hike of 2023 is smaller than those that preceded it, policymakers have signaled that more increases are on the way, despite slowing price growth. But there is good reason to doubt the utility – and fear the consequences – of continued rate hikes, on both sides of the Atlantic.
LONDON – Mungkin tidak mengherankan bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menuduh adanya kecurangan dalam pemilu presiden tanggal 3 November tanpa memberikan bukti nyata selain kenyataan bahwa suara bagi penantangnya dari Partai Demokrat, Joe Biden, semakin banyak di negara-negara bagian yang Trump awalnya unggul dalam penghitungan suara. Presiden Trump sudah mengumumkan bahwa ia berniat untuk membawa perkara ini ke Mahkamah Agung AS, meskipun jutaan suara masih dalam proses penghitungan di berbagai negara bagian.
Tapi pernyataan kecurangan dari Trump ini bisa saja merupakan sebuah strategi psikologis yang dilakukan dengan cekatan oleh seseorang yang ahli melakukan manipulasi. Jika benar, maka Presiden Trump mungkin membuka jalan untuk mempengaruhi sejumlah besar masyarakat AS untuk menolak legitimasi kekalahannya.
Sebuah studi ilmiah yang unik dilakukan sehari sebelum dan pada saat pagi di hari pemilu presiden AS tahun 2016, menyelidiki perubahan sikap pada 1.000 orang usia pemilih di AS, menemukan bahwa paparan terhadap retorika konspirasi campur tangan pemilu memberikan dampak psikologis yang mendalam. Secara khusus, paparan tersebut menyebabkan emosi negatif yang jauh lebih tinggi (kecemasan dan kemarahan), dan juga melemahkan dukungan bagi lembaga-lembaga demokrasi.
To continue reading, register now.
Subscribe now for unlimited access to everything PS has to offer.
Subscribe
As a registered user, you can enjoy more PS content every month – for free.
Register
Already have an account? Log in